• Jelajahi

    Copyright © GLOBALNEWS TV INDONESIA
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Logo

    Jembatan Sungai Sambas Besar Selesai: Antara Harapan Dan Cerita Fiktif Penuh Pencitraan

    REDAKSI GLOBALNEWS TV INDONESIA
    Sabtu, 07 Desember 2024, Desember 07, 2024 WIB Last Updated 2024-12-07T16:23:20Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    www.globalnewstvindonesia.com - Sambas - Kalimantan Barat - Ketika Jembatan Sungai Sambas Besar akhirnya berdiri kokoh, menggantikan kerapuhan harapan masyarakat yang selama ini hanya tergantung pada arus sungai yang tidak kenal kompromi, muncul narasi elegan namun getir dari Ketua Penggagas  Pembangunan JSSB , Revie Achary Pernyataannya, "Janganlah kita menjadi seperti film India, di mana penyelamat baru datang setelah kejadian selesai terjadi," menyentil nadi kebijakan yang sering kali hanya reaktif, bukan preventif. 


    Revie, seolah ingin mengingatkan kita akan adagium Latin *post hoc, ergo propter hoc*—bahwa penyelesaian proyek ini seharusnya menjadi sebab untuk mengurangi risiko, bukan sekadar reaksi pasca-bencana. Namun, apakah infrastruktur sebesar ini benar-benar menjawab kebutuhan riil masyarakat atau justru menciptakan euforia artifisial? 


    Dalam analogi yang ia gunakan, "seolah-olah menjadi Superman," terdapat sindiran tajam terhadap sikap berlebihan dalam merayakan pencapaian yang seharusnya menjadi kewajiban negara. Jembatan ini, meskipun monumental, adalah representasi *res publica*, tanggung jawab publik yang seharusnya mengalir secara natural, bukan drama penuh aksi seperti dalam *Chennai Express*. 

    o
    Namun, di balik keanggunan struktur ini, ada ironi yang lebih dalam: siapa sebenarnya yang menyelamatkan siapa? Apakah pemerintah yang menyelamatkan rakyat dari keterisoliran, atau rakyat yang menyelamatkan pemerintah dari tuntutan akuntabilitas? Pasal 34 ayat (2) UUD 1945 jelas menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, tetapi apakah arti "dipelihara" hanya sebatas pembangunan fisik tanpa pemeliharaan sosial-ekonomi? 


    Jembatan ini dapat dilihat sebagai manifestasi dari *panem et circenses*—roti dan sirkus yang diberikan kepada rakyat untuk mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih besar, seperti korupsi, ketimpangan akses pendidikan, dan kesehatan. Media online pun tidak ketinggalan memainkan perannya, memotret senyum pejabat yang berlomba-lomba mengambil kredit atas rampungnya proyek ini, seolah-olah mereka adalah pahlawan tanpa cela. 


    Namun, bagi masyarakat Sambas, jembatan ini adalah simbol harapan baru, seperti janji utopia dalam teori Rousseau tentang *contrat social*. Mereka berharap infrastruktur ini akan membawa perubahan ekonomi, seperti membuka akses pasar dan mengurangi biaya logistik. Tetapi, jika kita tidak berhati-hati, harapan ini bisa berubah menjadi *vana spes*, harapan kosong yang perlahan tenggelam dalam rutinitas birokrasi. 


    Pembangunan infrastruktur bukanlah tentang pencitraan atau pembuktian kekuatan pemerintah, melainkan tentang memenuhi *raison d'être* negara: melayani rakyat dengan adil dan merata. Maka, mari kita berhenti menjadi "supermen" yang baru bertindak setelah tragedi terjadi. Sebaliknya, jadilah pemimpin yang visioner, seperti seorang arsitek yang mampu melihat jauh melampaui batu pertama yang diletakkan. Karena infrastruktur, pada akhirnya, adalah cerminan moralitas suatu bangsa. Sehingga apa yang menjadi tujuan utama berdirinya negeri ini dapat terwujud secara komprehensif.


    Red//

    INI BERITA VIDEO 

    Seru Lhooo!!!



    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Tag Terpopuler